Blogger Layouts

Jumat, 15 April 2011

prosedur klose

Bab I
Latar Belakang, Rumusan Masalah, & Tujuan

Latar belakang

Pendidikan merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kita, dalam pendidikan kita akan mengetahui tentang kehidupan daan perkembangan ilmu pengetahuan serta alam sekitarnya. Membaca adalah suatu metode dalam pendidikan, dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.tanpa bekal kemampuan membaca jangan harap kita akan memperoleh berbagai pengetahuan dan ilmu dengan sebanyak-banyaknya.
Membaca merupakan proses yang kompleks artinya yaitu membaca merupakan interaksi tidak langsung antara penulis dan pembaca
Keberhasilan belajar melalui kegiatan membaca ditentukan oleh banyak faktor. Selain ditentukan oleh faktor motivasi, minat, kebiasaan, juga didukung oleh kondisi fisiologis ,sajian bahan bacaan, dan strategi menyiasati bahan tersebut. Prosedur klose merupakan faktor yang paling berhasil diantara yang lain.




Rumusan Masalah

Prosedur klose merupakan metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si penerima (pembaca dan penyimak) sehignga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan.



Tujuan

Melalui prosedur klose pembaca diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian tertentu dari wacana tersebut telah dengan sengaja dilenyapkan) dengan pemahaman yang sempurna. Bagian-bagaian kata yang dihilangkan itu biasanya kata ke-n digantikan dengan tanda-tanda tertentu (garis lurus mendatar atau dengan tanda titik-titk). Penghilangan bagian-bagian kata kata dalam prosedur/teknik uji rumpang mungkin juga tidak berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan sistematis.
Kadang-kadang pertimbangan lain turut menentukan kriteria pengosongan atau pelesapan kata-kata tertentu dalam wacana itu. Misalnya saja, kata kerja, kata benda, kata penghubung,atau kata-kata tertetntu yang dianggap penting. Fungsi utama dari prosedur klose ini. Pertama, sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan. Suatu wacana dapat ditetukan tingkat kesukarannya, serta dapat diketahui kelayakan pemakaiannya untuk siswa. Kedua, prosedur klose juga merupakan suatu alat pengajaran membaca

















Bab Dua
Pembahasan Prosedur Klose



Prosedur Klose



Dalam upaya pemilihan bahan, pertimbangan yang paling penting adalah faktor keterbacaan (readability). Tingkat keterbacaan harus serasi dengan tingkat kemampuan siswa. Formula-formula keterbacaan seperti: Reading Ease Formula (RE), Human Interest (HI), Dale and Chall (DAC), Fog Index (Fi), Grafik Fry, Grafik Raygon, dan (Cloze) prosedur klose dianggap praktis dan sederhana pemakaiannya.
Metode yang dipandang paling berhasil di antara formula-formula tersebut adalah prosedur klose. Selain dapat dipergunakan sebagai alat untuk menguji keterbacan, teknik ini juga sekaligus dpat dipergunakan untuk alat/teknik pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar membaca, prosedur isian rumpang ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Prosedur klose mula-mula diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama 'cloze procedure'. Teknik ini diilhami oleh suatu konsep dalam ilmu jiwa Gestal, yang dikenal sengan istilah 'clozure'. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi satu kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi sesuatu yang sesungguhnya ada namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh; melihat bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan.
Seperti dijelaskan oleh Sadtono (1982:2) istilah 'clozure' mengandung makna sebagai persepsi (penglihatan dan pengertian) yang penuh atau komplit dari gambar atau keadaan yang sebenarnya tidak sempurna. Persepsi keadaan yang sempurna itu diperoleh dengan cara tidak menghiraukan bagian yang hilang atau bagian yang tidak sempurna itu; atau dengan cara mengisi sendiri bagian yang hilang atau kurang sempurna tadi berdasarkan pengalaman yang telah lampau.
Berdasarkan konsep tersebut Taylor mengembangkannya menjadi sebuah alat ukur keterbacaan wacana yang diberinya nama 'cloze procedure'. Istilah itu selanjutnya kita namai sebagai 'prosedur/prosedur klose'
Taylor sendiri mendefinisikan prosedur yang ditemukannya itu sebagai, The cloze procedure as method of interpreting a massage from 'transmitter' (writer or speaker), mutilating its language patterns by deleting parts, anda so administering it to 'receiver' (reader and listener) that their attemps to make patterns whole again yield a considerable number of cloze units (Taylor dalam Robert, 1980:71).
Secara bebas, maksud pernyataan di  atas kira-kira sebagai berikut. Prosedur klose merupakan metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si penerima (pembaca dan penyimak) sehignga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan.
Taylor menggambarkan prosedur klose sebagai metode yang dipergunakan untuk melatih daya tangkap pembaca/penyimak terhadap pesan/maksud penulis/pembicara dengan jalan menyajikan wacana yang tidak utuh (merumpangkan bagian-bagiannya), para pembaca/penyimak harus mampu mengolahnya menjadi sebuah pola yag utuh seperti wujudnya semula.
Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca, Hittleman (1979:135) menjelaskan teknik isian rujmpang sebagai sebuah teknik penghilangan kata-kata secara sistematis dari sebuah wacana, dan pembaca diharapkan dapat mengisi kata-kata yang hilang tersebut dengan kata-kata yang sesuai. Hittleman memandang prosedur klose ini sebagai alat untuk mengukur keterbacaan. Pandangan ini juga disokong oleh pendapat Heilman (1986).
Melalaui prosedur klose pembaca diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian tertentu dari wacana tersebut telah dengan sengaja dilenyapkan) dengan pemahaman yang sempurna. Bagaian-bagaian kata yang dihilangkan itu biasanya kata ke-n digantikan dengan tanda-tanda tertentu (garis lurus mendatar atau dengan tanda titik-titk). Penghilangan bagian-bagian kata kata dalam prosedur/teknik uji rumpang mungkin juga tidak berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan sistematis.
 Kadang-kadang pertimbangan lain turut menentukan kriteria pengosongan atau pelesapan kata-kata tertentu dalam wacana itu. Misalnya saja, kata kerja, kata benda, kata penghubung,atau kata-kata tertetntu yang dianggap penting, bisa juga merupakan kata yang dihilangkan. Tugas pembaca adalah mengisi bagian-bagain yang dihilangkan itu dengan kata yang dianggap tepat dan sesuai dengan tuntutan maksud wacana.


























Tentang Prosedur Klose

Guru menggunakan prosedur klose karena berbagai alasan, sehingga Anda dapat menyesuaikan mereka untuk mengajar sesuai dengan situasi Anda sendiri berdasarkan kebutuhan. Seorang siswa yang berjuang untuk menunjukkan kata pengganti logis untuk sebagian besar kata-kata yang hilang dalam prosedur klose.
Mereka mungkin memiliki masalah membaca yang spesifik yang perlu ditangani, seperti kesulitan dalam memahami berbagai bagian pembicaraan contohnya kata benda, kata kerja dan konjungsi.Para pelajar dapat mengambil manfaat dari system Prosedur klose. Untuk beberapa siswa, masalah visual seperti kesulitan pelacakan kata pada bidang horizontal di halaman mungkin berada di balik kesulitan prosedur klose.. Sebaliknya, beberapa siswa yang mudah melalui prosedur klose dapat membaca bahan bacaan yang terlalu mudah bagi kemampuan mereka , dan bisa dilakukan dengan yang diberi tantangan tambahan.Sebagai guru, kita dapat melihat hasil dari prosedur klose membaca, dan membandingkan temuan di seluruh tingkat kelas atau kelas.
Anda akan tahu dari awal bahwa buku-buku Anda dapat sesuai dengan keterampilan pelajar Anda. Untuk siswa yang membaca buku bab, prosedur klose dapat membantu Anda merencanakan apakah buku yang masih harus menggunakan isyarat gambar, atau apakah siswa dapat mengelola lagi, buku-buku yang lebih kompleks secara independen.









Pedoman

Berikut ini beberapa petunjuk untuk mengikuti untuk mempersiapkan teks untuk sebuah prosedur klose:

  • Pilih teks yang memberikan banyak petunjuk dan informasi pendukung untuk membantu identifikasi kata.
  • Uji teks dengan pembaca sebelum menggunakannya.
  • .Gunakan teks pada tingkat yang sesuai untuk membaca setiap pelajar.

Tahapan


 Berikut adalah tahapan-tahapan yang diikuti untuk mempersiapkan teks untuk prosedur cloze:

  1. Tinggalkan semua kata dalam 2-3 kalimat pertama dari teks untuk membiarkan pembaca fokus ke koridor.
  2. Lalu menghapus kata-kata tertentu.
      • Anda dapat memilih apakah akan menghapus kata-kata dari teks close secara acak atau selektif. Penghapusan selektif telah terbukti memiliki efek instruksional lebih besar dari penghapusan acak. (Jongsma, 1980:22)
      •  penghapusan acak
Hapus kata di interval acak, seperti setiap kata ke-5 atau ke-7
      • Penghapusan Selektif
Pilih kategori tertentu dari kata-kata untuk menghapus.
  1. Ganti dihapus setiap kata dengan digarisbawahi ruang kosong.
  2. Jangan hapus Kata yang tepat kecuali ada petunjuk-petunjuk yang cukup dalam teks untuk membantu pembelajar membuat pilihan yang tepat.

 Contoh

Berikut adalah contoh teks dengan setiap beberapa kata dihapus (delesi acak):

Bob begitu terburu-buru untuk pergi bekerja Jumat pagi bahwa ia membanting tangannya di pintu mobil. Hampir seketika, tangannya mulai berubah hitam dan biru. Dia mengambil  (1) ____ kain tua itu di lantai (2)_____ dibungkus dengan cepat di sekitar (3)_____ nya. Dia melihat bahwa ibu jarinya telah(4) _____. Tangannya mengeluarkan banyak darah  sehingga kain putih tadi berubah(5)_____ kain berwarna merah. Bob merasa jika ia akan pingsan.

1.      Sebuah
2.      Lalu
3.      Tangan
4.      Terpotong
5.      Menjadi

Berikut adalah contoh teks dengan kata ganti dihapus (penghapusan selektif):
Bob begitu terburu-buru untuk pergi bekerja Jumat pagi bahwa ia terasa membanting tangannya di pintu mobil. Dengan sekejap, tangannya mulai berubah menjadi hitam dan biru.Ia(1)_____ sebuah kain tua yang berada di lantai mobil dan dibungkus (2)_____ cepat di tangannya. Ia (3)_____ bahwa ibu jarinya telah terpotong. Jarinya mengeluarkan banyak darah sehingga membuat warna kain putih itu berubah (4)_____ warna merah. Bob (5)_____ seolah-olah ia akan jatuh pingsan.

1.      Mengambil
2.      Dengan
3.      Melihat
4.      Menjadi
5.      Merasa


LATIHAN ( 01)
Makcik Rokiah seorang wanita yang sangat baik hati. Dia menganggap Rohani(01)_______ anaknya sendiri. Dia menyayangi Rohani sebagaimana(02)_______menyayangi anak-anak kandungnya. Setiap hari Rohani pergi kesekolah, makcik (3) __________Rohani ke sekolah dan (04) _______________nya pulang setiap hari. Dia yang menyiapkan (05). ___________ Rohani dan menyisir rambutnya setiap pagi. Di dalam perjalanan, dia memimpin tangan Rohani dan mengangkat beg sekolahnya.

LATIHAN ( 02)
Di hutan itu terdapat sebuah kolam. Di kolam itu tinggal seekor penyu (1) ____ beberapa ekor itik serati . Binatang-binatang itu sentiasa 2. __________ setiap hari. Pada suatu hari, datang seekor bangau 3. _______ tepi kolam tersebut. Bangau memberitahu bahawa tempat mereka4. ______________dilanda musim kemarau yang sangat panjang. Cuaca akan 5.______________panas dan air kolam itu akan kering kontang. Mendengar berita itu, itik-itik dan penyu itu berasa sedih.


LATIHAN ( 03)
Ada seekor kancil tinggal di dalam hutan. Pada suatu hari, Kancil terdengar kambing berteriak (1)________ ketakutan. Kancil pun segera mencari-cari dari (2)__________ datangnya suara kambing yang sayup itu. Kancil (3)__________  buaya yang ganas itu telah menangkap (4)_____________. Sang Kancil pun pergi menjauhi sungai tersebut. Ia (5)___ akan bernasib sama dengan buaya tersebut


LATIHAN ( 04)
Tipah belum membuat keputusan. Tipah tidak mau melukai hati ibunya yang sudah (1)_______________ itu. Wajah yang berkerut itu tentu (2) ______________ sedih jika dia menyatakan hasratnya. Tipah (3)_________________ pernah meninggalkan ibunya dalam sehari pun. (4)_________________ tidak tahu bagaimanakah hendak menyatakan perkara (5)__________________ sebenarnya kepada ibunya. Dia terpaksa meninggalkan ibunya bukan sehari dua tetapi hampir tiga tahun. Malah, dia terpaksa menyeberangi lautan hanya sekadar untuk melanjutkan pendidikannya.


LATIHAN ( 05)
Negeri itu makmur dan penduduknya hidup dengan damai. Hatinya cukup senang (1)_______________ di negeri yang aman dan makmur itu. (2)_______________ banyak mempelajari sikap penduduk di negeri itu. Penduduknya banyak(3)_______________berprofesi sebagai petani. Pekerja-pekerjanya sangat(4)_______________dalam bekerja. Apabila pekerja-pekerja ini rajin, Maka (5)_______________ akan meningkat. Dan apabila penghasilannya cukup, penduduk akan hidup bahagia.











Dalam penilaian digunakan rumus berikut :
Jumlah jawaban yang benar
---------------------------------- X 100
Jumlah kata yang dilesapkan






Penyekoran dilakukan dengan teknik klos menurut Rankin dan Culhane berikut : Skor
Tingkat Keterbacaan
Skor tes > 60%
Tinggi
Skor tes 40 – 60 %
Sedang
Skor tes < 40%
rendah.











Bab Empat
Penutup



Kesimpulan

Prosedur klose merupakan metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si penerima (pembaca dan penyimak) sehingga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan.
Para mahasiswa harus mengetahui, memilih, dan menguasai teknik ini, sehubungan dengan tugasnya sebagai guru. Teknik klose dapat membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuan membaca, disamping dapat menguji tingkat kelayakan suatu wacana.






Saran

Setelah Anda mempelejari modul ini diharapkan kepada Anda dapat memahami menerapkan dan mengajarkan konsep-konsep prosedur klose sewaktu dalam pengajaran dan dapat membuat contoh prosedur klose dan dapat dimanfaatkan sebagai alat ajar, serta mengajarkan kegiatan membaca dengan teknik klose .



Daftar Pustaka


Harris, A.J How to Increase Reading Ability. New York : Longman, Inc.1986
Tarigan H.G., Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa,
1979
Tierney, R.J. et al, Reading Strategis and practices. Boston : Allyn and Bacon,1980


sinopsis belenggu


Dokter Sukartono dengan seorang perempuan berparas ayu, pintar, serta lincah. Perempuan itu bernama Sumartini atau panggilannya Tini. Sebenarnya Dokter Sukartono atau Tono tidak mencintai Sumartini. Demikian pula sebaliknya, Tini juga tidak mencintai Dokter Sukartono.
Mereka berdua menikah dengan alasan masing-masing. Dokter Sukartono menikahi Sumartini karena kecantian, kecerdasan, serta mendampinginya sebagai seorang dokter adalah Sumartini. Sedangkan Sumartini menikahi Dokter Sukartono karena hendak melupakan masa silamnya. Menurutnya dengan menikahi seorang dokter, maka besar kemungkinan bagi dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Jadi, keduanya tidak saling mencintai.
Karena keduanya tidak saling mencintai, mereka tidak pernah akur. Mereka tidak saling berbicara dan saling bertukar pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri. Masing-masing memecahkan masalahnya sendiri-sendiri. Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak harmonis. Mereka sering salah paham dan suka bertengakar.
Ketidakharmonisan keluarga mereka semakin menjadi karena Dokter Sukartono sangat mencintai dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Dia bekerja tanpa kenal waktu. Jam berapa saja ada pasien yang membutuhkannya, dia dengan sigap berusaha membantunya. Akibatnya, dia melupakan kehidupan rumah tangganya sendiri. Dai sering meninggalkannya istrinya sendirian dirumah. Ida betul-betul tidak mempunyai waktu lagi bagi istrinya, Tini.
Dokter Sukartono sangat dicintai oleh pasiennya. Dia tidak hanya suka menolong kapan pun pasien yang membutuhkan pertolongan, tetapi ia juga ridak meminta bayaran kepada pasien yang tak mampu. Itulah sebabnya, dia dikenal sebagi dokter yang sangat dermawan.
Kesibukan Dokter Sukartono yang tak kenal waktu tersebut semakin memicu percekcokan dalam rumah tangga. Menurut Suamrtini, Dokter Sukartono sangat egois. Sumartini merasa telah disepelekan dan merasa bosan karena selalu ditinggalkan suaminya yang selalu sibuk menolong pasien-pasiennya. Dia merasa dirinya telah dilupakan dan merasa bahwa derajatnya sebagai seorang perempuan telah diinjak-injak sebagai seorang istri. Karena suaminya tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang istri. Karena suaminya tidak mampu memenuhi hak tersebut, maka Sumartini sering bertengkat. Hampir setiap hari mereka bertengkat. Masing-masing tidak mau mengalah dan merasa paling benar.
Suatu hari Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang kehotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut. Setibanya dihotel, dia merasa terkejut sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil. Sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat, Yah adalah teman sekelasnya.
Pada saat itu Yah sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dia terjun kedunia nista dan menjadi wanita panggilan. Yah sebenarnya secara diam-diam sudah lama mencintai Dokter Sukartono. Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono. Setelah menemukannya, dia menghubungi Dokter Sukartono dengan berpura-pura sakit.
Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada saat itu juga, Yah menggodanya. Dia sangat mahr dalam hal merayu laki-laki karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta. Pada awalanya Dokter Sukartono tidak tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama-kelamaan Dokter Sukartono mulai tergoda. Yah dapat memberikan banyak kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh Dokter Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya.
Karena Dokter Sukartono tidak pernah merasakan ketentraman dan selalu bertengkar dengan istrinya, dia sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua.
Lama-kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengethui hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita tersebut. Secara diam-diam Sumartini pergi kehotel tempat Yah menginap. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Dia merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya.
Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai berintropeksi terhadap dirinya. Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya. Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya. Selama ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi Istri. Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.
Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono. Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian. Dokter Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya. Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter Sukartono tak mampu menahannya. Akhirnya mereka bercerai.
Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya meninggalkan sepucuk surat yang mengabarkan jika dia mencintai Dokter Sukartono. Dia akan meninggalkan tanah air selama-lamanya dan pergi ke Calidonia.
Dokter Sukartono merasa sedih dalam kesendiriannya. Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia.

Dampak Pengaruh Roman Belenggu
Terhadap Masyarakat Di Tinjau Secara Psikologis


Tokoh-tokoh Roman Belenggu dan Karakter tokoh
1. Dokter Sukartono (Tono) ; seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya.
2. Sumartini (Tini) ; perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya dirumah seorang diri.
3. Siti Rohayah (Yah) ; perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa frustasi, sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang secara diam-diam mencintainya.

Pengaruh Roman Belenggu Terhadap Masyarakat Di Tinjau Secara Psikologi

Setelah kita membaca Roman Belenggu, karangan Armijn Pane ini, akan diperoleh pengalaman-pengalaman yang akan berdampak bagi kejiwaan seseorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi Pembaca Karya Sastra ini.
Satu hal pengaruh dari membaca Roman Belenggu ini akan melahirkan sebuah opini di masyarakat, bahwa apabila sebuah kehidupan rumah tangga yang lahir dibangun dari tiadanya rasa saling cinta antara suami-istri, maka keluarga tersebut tidak harmonis dan bahkan bisa terjadi perceraian.
Hal inilah yang ditakutkan dalam kehidupan sesorang, manakala membangun rumah tangga tanpa didasari cinta antara suami isteri.
Karena tidak saling mencintai, mereka tidak pernah akur, tidak saling berbicara dan bertukar pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan bersama – sama sebagaimana layaknya suami istri.
Masing – masing memecahkan masalahnya sendiri-sendiri, sering salah paham dan sukar bertengkar.
Itulah sebabnya, banyak dimasyarakat untuk menghidari kawin paksa, kawin karena dijodohkan dan kawin tanpa dasar cinta. Karena kalau perkawinan tanpa dasar cinta akan membentuk keluarga yang tidak harmonis dan tidak bahagia. Dan orang akan menghindari hal ini sejauh-jauhnya



HAlll berikutnya

PERBANDINGAN NOVEL MADAME BOVARY KARYA GUSTAVE FLAUBERT DAN BELENGGU KARYA ARMIJN PANE

(catatan, semestinya kajian sastra bandingan tidak membandingkan buku terjemahan. harus dari referensi yang berbahasa asli. namun dalam penulisan kali ini, perbandingan itu dilakukan dengan buku terjemahan)
A.    Biografi
1.  Biografi Gustave Flaubert
Gustave Flaubert lahir di Rouen.  Ayahnya, Achille Cleophas  Flaubert adalah seorang dokter dan ibunya Anne Caroline Justine merupakan anak dari seorang dokter. Sehingga dapat dikatakan Gustave Flaubert lahir dalam keluarga kedokteran.
Namun latar belakang tersebut tidak mempengaruhi pilihannya untuk menekuni dunia tulis menulis, sebab pada umur lima belas tahun ia telah memenangkan sebuah lomba kepenulisan. Meski kemudian menginjak masa remaja ia memilih sekolah hukum di Perancis pada tahun 1840. Akan tetapi hal itu tak berlangsung lama,  karena didiagnosis memiliki penyakit ia kemudian tak dapat menyelesaikan pendidikannya. Hal itulah yang kemudian merubah jalan hidupnnya dan mulai memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk sastra.
Novelnya, Madam Bovary diselesaikannya dalam lima tahun dan pada 1857 baru bisa dicetak. Ia kemudian terkenal sebagai penulis yang sukses pada tahun 1860 pada masa pemerintahan Napoleon Bonaparte III. Flaubert kemudian meninggal pada 8 Mei 1880.
2.    Biografi Armijn Pane
Armijn Pane memiliki banyak nama pena, di antaranya Ammak, Ananta, Anom Lengghana, Antar Iras, AR., A.R., Ara bin Ari, dan Aria Indra. Dengan nama-nama itu ia menulis puisi dalam majalah Pedoman Masyarakat, Poedjangga Baroe, dan Pandji Islam. Armijn Pane, anak ketiga dari 8 bersaudara. Ia dilahirkan tanggal 18 Agustus 1908 di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.
Armijn Pane lahir sebagai seorang yang mewarisi “darah seni”, karena ayahnya Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang seniman daerah yang telah berhasil membukukan sebuah cerita daerah berjudul Tolbok Haleoan.
Dengan demikian, pergulatan dalam berkesenian merupakan hal yang lumrah bagi Armijn Pane meski pada awalnya ia bersekolah di Hollandsislandse School (HIS) Padang Sidempuan dan Tanjung Balai. Kemudian masuk Europese lagere School (ELS), yaitu pendidikan untuk anak-anak Belanda di Sibolga dan Bukittinggi. Pada tahun 1923 menjadi Studen Stovia (sekolah kedokteran) di Jakarta. Tak sampai selesai, ia kemudian pindah pada tahun 1927 ke Nederlands-Indische Artsenschool (Nias) ‘sekolah kedokteran’ yang didirikan tahun 1913 di Surabaya. Namun kemudian Jiwa seninyalah yang kemudian menang, Armijn Pane kemudian masuk memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di AMS bagian AI jurusan bahasa dan kesusastraan di Surakarta hingga tamat tahun 1931.
Dengan latar belakang pendidikan kedokteran yang pernah dicicipi oleh Armijn Pane, banyak orang beranggapan hal inilah yang mempengaruhi karya-karyanya seperti dalam Belenggu yang dibahas dalam makalah ini lewat tokoh Dr. Sukartono.
Sebagai seorang seniman, Armijn Pane dikenal sebagai pendiri majalah Pujangga Baru dan berbagai majalah sastra lainnya. Ia pernah memimpin majalah Kebudayaan Timur yang dikeluarkan oleh kantor Pendidikan Kebudayaan. Tahun 1936 Armijn diangkat menjadi redaktur di Balai Pustaka, kemudian di zaman Jepang ia menjabat kepala Bagian Kesusastraan di Pusat Kebudayaan Djakarta. Di samping itu, tahun 1938 ia menjadi sekretaris Kongres Bahasa Indonesia yang pertama, ia juga menjadi penganjur Balai Bahasa Indonesia dan di zaman Jepang ia menjadi anggota komosi istilah. Atas jasanya berbagai jasa dalam bidang seni (sastra), ia kemudian memperoleh Anugerah Seni dari pemerintah pada tahun 1969.
A. Teuw menganggap Armjin Pane sebagai pelopor angkatan 45 namun kemudian dibantah oleh H.B. Jassin dengan alasan karya-karya Armjin Pane cendrung romantis sedang angkatan 45 cendrung bergaya ekspresionistis. Karena memang karya-karya Armijn Pane memperlihatkan adanya pengaruh Noto Soeroto, Rabindranath Tagore, Krisnamurti dan pelajaran Theosofie. Gerakan kesusastraan sesudah tahun 1880 di negeri Belanda tampak juga mempengaruhi karya-karyanya, begitu juga Dosxtojevski, di samping Tolstoy.
Semasa hidupnya ia telah membukukan karyanya baik berupa cerpen, puisi, novel dan drama. Dalam cerpen Djinak-Djinak Merpati (1940) dan Kisah Antara Manusia (1979). Dalam puisi, Gamelan Djiwa (1960) dan Djiwa Berdjiwa (1939). Dalam novel Belenggu (1940). Dalam drama Antara Bumi dan Langit (1951).
Armijn Pane meninggal pada hari Senin, tanggal 16 Februari 1970 pukul 10.00 pagi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 62 tahun. Ia mengalami pendarahan otak dan tidak sadarkan diri selama dua hari. Menurut berita di surat kabar ia diserang Pneumonic Bronchiale. Tempat peristirahatannya yang terakhir adalah pemakaman Karet, Jakarta, berdampingan dengan makam kakaknya, Sanusi Pane, yang meninggal satu tahun sebelumnya.
B.    Sinopsis
1.    Sinopsis Nyonya Bovary (Madame Bovary)
Charles merupakan seorang dokter yang terlahir dari anak seorang dokter pada zaman perang di Perancis bernama Charles Denis Bartholome dan ibunya bernama Bovary. Ibunya ini kemudian menjodohkan Bovary dengan seorang janda berumur empatpuluhan tahun yang kaya namun begitu mengatur Charles bernama Nyonya Dubuc.
Karena hal itulah, Charles sering disebut lelaki yang merana hingga pada akhirnya ia diundang oleh Bapak Rouault yang menderia sakit di kakinya. Di sanalah Charles bertemu dengan Emma, anak perempuan yang tak suka bertani tidak seperti ayahnya yang sakit itu.
Sejak pertama, Charles memiliki perasaan yang aneh karena ia tetap berkunjung meski Bapak Rouault telah sembuh. Charles selalu terpanggil untuk datang  ke rumahnya di Les Bertaux.  Karena keseringan inilah kemudian istrinya cemburu dan melarangnya untuk pergi ke sana.
Namun tak lama kemudian, Nyonya Dubuc meninggal setelah muntah darah. Charles merasa begitu kehilangan Dubuc dan membuatnya menjadi murung. Hal itu kemudian yang membuat Bapak Rouault merasa iba dan menghibur dirinya dengan mengajaknya berlibur di Les Bertaux karena Emma terkadang menanyai dokter itu. Selama liburan itulah kemudian Charles jatuh hati dengan Emma, kesedihannya tergantikan dengan datangnya Emma yang kemudian diangkatnya menjadi istri.
Charles membawa Emma tinggal di Tostes menemani dirinya untuk bertugas sebagai seorang dokter. Sebagai dokter, Charles termasuk dokter yang disegani sehingga ia termasuk dokter yang terpandang dan kedudukan sosialnya pun terpandang.
Oleh karena itulah kemudian ia mendapatkan undangan oleh Markis D’andevilliers di Vaubyessar yang serupa istana. Dalam undangan itu, Emma terkagum-kagum dengan gaya hidup orang kaya dan terpandang. Ia mengandai-andai Charles demikian. Terlebih saat ia mulai berdansa dengan seorang Vicomte yang selalu membuatnya teringat-ingat dengan gemerlap hidup yang kaya itu.
Hal itu membuat Emma menjadi begitu murung. Terlebih, pikiran Emma selalu terbayang pada Vicomte yang tinggal di Paris dan selalu mengangankan tinggal di kota itu. Kemurungan itu dibaca lain oleh Charles, ia menganggap istrinya itu bosan dengan lingkunganya tersebut sehingga ia mengambil keputusan untuk pindah ke Yonville saat Emma mulai hamil dan kemudian bertetangga dengan seorang apoteker bernama Homais yang begitu ramah tamah padanya karena ada maunya.
Di sinilah kemudian Emma bertemu dengan Leon, seorang yang memiliki kebiasaan membaca roman romantik maupun puisi yang merupakan kebiasaan Emma. Dari sinilah rasa simpatik itu datang. Leon sendiri merasa hatinya mulai mencintai Emma namun ia malu mengungkapkannya karena Emma merupakan suami seorang dokter yang disegani. Emma yang menunggu-nunggu keberanian Leon menjadi kesal dan mulai melupakan hasratnya untuk bersama Leon. Leon sendiri kemudian memutuskan untuk pergi ke Paris. Di sela itu, putri Emma telah lahir dan diberi nama Berthe.
Nyonya Bovary atau Emma masih merasa kecewa terhadap Charles dan selalu membandingkannya dengan Leon yang romantis dengan puisi-puisi yang selalu dibisiki ditelinga Nyonya Bovary. Charles dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis Nyonya Bovary yang ingin selalu dimanja dan tak mampu memenuhi keinginannya sehingga Nyonya Bovary merasa Tuan Bovary bukanlah cintanya.
Kebimbangan  inilah yang ditangkap oleh seorang yang terbuai dengan kecantikan Nyonya Bovary dan berniat merebut hatinya. Tiada lain dialah Rodolphe, seorang lelaki mata keranjang yang pandai merayu perempuan. Rodolphe kemudian berhasil meluluhkan pendirian Bovary untuk selingkuh.
Oleh surat cinta dan rayuan yang membuai-buai Nyonya Bovary, akhirnya cinta itu tumbuh untuk Rodolphe. Di lain sisi, kegagalan suaminya menyembuhkan Hippolyte dari sakit pekoknya yang membuat kaki itu harus diamputasi menambah kebencian Nyonya Bovary karena tentu membuat namanya menjadi buruk.
Pada akhirnya ia merencanakan kepergiannya bersama Rodolphe dengan memesan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan dengan berhutang pada Lheureux. Namun pada waktu yang telah ditentukan Rodolphe malah mengirimnya surat bahwa ia tak akan menganggu keluarganya.
Karena keputusan Rodolphe itu, Nyonya Bovary tak sadarkan diri sehingga harus mengalami perawatan seiring itu berbagai tagihan datang dan harus dilunasi. Hingga akhirnya, Emma membaik setelah menghabiskan banyak obat yang telah diberikan oleh Homais.
Dalam sebuah kesempatan di Roeun, Tuan dan Nyonya Bovary bertemu dengan Leon. Leon yang kini lebih berani menyatakan cintanya secara terang-terangan setelah menemukan kesempatan untuk berduaan. Mulanya Nyonya Bovary menolaknya karena merasa sudah cukup tua. Namun rayuan Leon akhirnya membuatnya luluh juga.
Dengan berbagai alasan yang mengelabui Tuan Bovary, Nyonya Bovary selalu melakukan pertemuan untuk berzinah dengan Leon di sebuah hotel di Reoun. Emma memiliki alasan untuk pergi ke sana dengan menyatakan bahwa ia mengikuti kursus musik. Karena segala keperluan itu, Nyonya Bovary membutuhkan uang banyak dan akhirnya meminjam kepada Cheureux.
Karena terbelit banyak hutang dan Nyonya Bovary tak mampu membayarnya, akhirnya rumah dan seisinya disita. Hal ini dirahasiakan oleh Nyonya Bovary dari Charles. Emma bukan tinggal diam, ia mencari pertolongan untuk dapat meminjam uang sebanyak tiga ribu france. Namun tak seorangpun yang mampu menolongnya termasuk Leon dan Rodolphe.
Akhirnya Emma tersiksa dan meminum racun kemudian meninggal dunia. Charles yang ditinggal Emma begitu sedih. Tak lama kemudian Charles yang selama ini tak tahu bila Nyonya Buvary selingkuh, akhirnya mengetahui perselingkuhan istrinya itu terhadap Leon dan Rodolphe. Pada akhirnya Charles meninggal setelah tanpa sengaja disentuh Berthe langsung tersungkur.
2.    Sinopsis Belenggu
Sukartono yang sering disebut sebagai Tono merupakan seorang dokter yang baik hati, rajin dan gigih menolong siapapun yang membutuhkan bantuannya. Ia telah menikah dengan Kartini (Tini), namun pernikahan itu dirasa sia-sia oleh Tono, sebab Tono merasa Tini tidak seperti kebanyakan perempuan lainnya yang biasa merawat suaminya. Tini memang seorangan yang modernis, hari-harinya dihabiskan di luar rumah, entah ke pesta maupun bertemu dengan rekan-rekannya.
Hal ini membuat Tono merasa kesepian hingga pada akhirnya ia mendatangi seorang pasien yang bernama Nyonya Eni. Seketika ketika memandang perempuan itu, Tono terkenang masa lalunya, seperti pernah bertemu namun tak pula ia mengingatnya. Hingga akhirnya ketika kunjungannya yang kedua ia baru tahu bahwa Nyonya Eni hanyalah nama samaran saja yang sebenarnya Rohayah (Yah).
Dari sini, Tono tahu bahwa Yah, adalah masalalunya. Ketika di Bandung sempat saling mencintai dan saling bertetangga. Namun karena jalan hidup yang berbeda, akhirnya memisahkan mereka.
Ketika bertemu lagi, Yah memperlakukan Tono layaknya seorang suami. Melayaninya sedemikian rupa sehingga Tono merasa nyaman dan menemukan sosok istri yang semestinya seperti ini bukan seperti Tini. Maka Tono pun mulai mendua, meski Tono tahu Yah tidak lain adalah perempuan penghibur. Tapi karena cinta yang begitu besar yang dimiliki Yah, Yah meninggalkan dunia itu dan Tono mencintai Yah dengan tulus.
Segala kesukaan Tono selalu diperhatikan Yah, termasuk lagu keroncong yang dinyanyikan Siti Hayati. Menurut Tono, syair-syairnya seakan ditujukan kepada dirinya. Persis sekali. Hingga timbul kecurigaan bahwa Yah merupakan Siti Hayati. Awalnya Yah tak mengakui, hingga pada akhirnya ketahuan juga saat Tono menjadi juri keroncong dia melihat sosok Siti Hayati adalah Yah.
Tono merasa dibodohi dan dibohongi, ia sempat marah pada Yah, tapi setelah tahu hal itu semata-mata karena cintanya pada Tono, akhirnya Tono memaklumi.
Sementara itu, hubungan gelap itu ternyata telah diketahui pihak keluarga Tini di Solo yang kemudian mengutus paman Tini yang bernama Mangunsucipto yang berusaha mendamaikan keluarga itu agar tetap mempertahankannya.
Namun Tini menolak untuk mempertahankan keluarga, terlebih ketika ia telah bertemu dengan sosok Yah yang Tini merasa dialah yang lebih baik untuk Tono sebagai istri karena keprigelannya dalam merawat Tono. Tini sendiri lebih ingin untuk bergabung dalam kegiatan perempuan yang kemudian meninggalkan Tono ke Surabaya.
Meski Tono sempat mecegah Tini dengan berbagai alasan penilaian orang pada mereka, namun Tini bersikeras untuk meninggalkan Tono dan tinggal di Surabaya. Akhirnya Tono tak kuasa menahannya, dan kembali kepada Yah, namun saat ingin bertemu dengan Yah. Yah pun meninggalkan Tono. Tono merasa sedih, karena tiada lagi tempat untuk memadu kasih.
C.    Analisis Intrinsik
1.    Analisis Unsur Intrinsik Novel Nyonya Bovary (Madame Bovary)
Dalam novel Nyonya Bovary (Madame Bovary) temanya adalah tentang perselingkuhan. Dalam hal ini seorang perempuan bernama Emma (Nyonya Buvary) selingkuh secara berturut-turut antara Rodolphe dan Leon tanpa sepengetahuan suaminya yang seorang dokter yang menurut Emma tak mampu memenuhi kebutuhan biologisnya, yakni Charles (Tuan Bovary)
Berkali-kali cerita ini mengutip cerita sejarah perancis dengan tokoh-tokoh patriotik lainnya sehingga harus penceritaan harus mundur begitu jauh. Hal ini juga terjadi saat menceritakan tokoh Emma yang menceritakan masa kecilnya dengan ibunya yang saat kecil telah meninggal dunia. Namun, cerita ini pada umumnya terus maju mengantarkan tokoh Charles sejak kecil hingga akhir hayatnya dan mengalami perselingkuhan dari istrinya, Emma.
Setting tempat berpindah-pindah dari tempat tinggal Charles di Tostes, tempat tinggal Emma dan ayahnya di Les Bertaux, tempat pesta saat pertama kali Emma merasa kagum terhadap vicomte ketika berdansa bersama disebuah istana di Vaubyessar dan membuatnya ingin ke Paris, kemudian kepindahan Nyonya dan Tuan Bovary ke Yonville, tempat yang pada akhirnya mempertemukan Emma dengan Leon, juga mempertemukannya dengan Rodolphe yang kemudian membuatnya mabuk kepayang. Kemudian setting berubah ke Roeun yang kemudian menjadi tempat aman bagi Emma untuk berselingkuh dengan Leon.
Untuk penokohan, masing-masing memiliki karakter kuat. Charles, seorang dokter yang baik. Emma yang selalu tak puas dengan hidupnya bersama Charles. Ibu Bovary yang keras dan hemat. Leon yang penyair. Rodolphe, seorang lelaki mudah menaklukan hati perempuan dengan rayuan mematikan.
2.    Analisis Unsur Intrinsik Novel Belenggu
Tema novel ini mengangkat soal cinta segitiga antara Tono, Tini dan Yah. Meski sebetulnya dalam novel ini ditekankan pula tentang emansipasi wanita lewat tokoh Tini yang memberontak untuk menjadi istri yang selalu tunduk pada suami, yakni Tono.
Alur atau plot yang digunakan dalam novel Belenggu ini adalah alur campuran. Cerita ini sesekali maju, sesekali mengenang kebelakang kemudian maju lagi.
Setting waktu dalam cerita ini, tak jelas tahun berapa. Bisa jadi pada tahun pertama kali novel ini dicetak yakni pada tahun 1938 dengan latar tempat yang berpindah-pindah dari Bandung, Batavia, Solo.
Secara umum penokohan dalam novel ini cukup kuat. Utamanya saat menggambarkan Tono yang cendrung pendiam dan darmawan sebagai dokter yang tak semata-mata mencari uang, juga saat menggambarkan kengkuhan Tini pada pendiriannya akan perempuan yang modern dan telatennya Yah dalam merawat Tono.
D.    Perbandingan Novel Nyonya Bovary (Madame Bovary) dengan Belenggu
Ada dua hal yang sebetulnya ada semacam gejala peminjaman yang dilakukan novel Belenggu karangan Armjin Pane terhadap novel Nyonya Bovary karangan Gutave Flaubert. Pertama, kesamaan tema dan yang kedua adalah latar belakang tokoh pria (Charles dan Tono).
Untuk tema, memang antara novel Flaubert dengan Armijn Pane ada kemiripan. Keduanya merupakan novel yang membahas soal perselingkuhan. Bila dalam Nyonya Bovary perselingkuhan itu dilakukan oleh tokoh perempuan, dalam hal ini Emma, maka dalam Belenggu perselingkuhan itu dilakukan oleh pihak lelaki bernama Tono.
Hanya saja, perbedaan mendasar dalam cerita ini adalah perselingkuhan Emma lebih rumit (berselingkuh dengan dua orang lelaki, Leon dan Rodolphe) dari sekedar perselingkuhan Tono. Maka tentu, hal ini pun memiliki dampak yang berbeda. Bila dalam Madam Bovary kedua tokoh, baik Emma dan Charles pada akhirnya meninggal. Hal ini tidak terjadi pada Belenggu, tokoh tersebut hanya bercerai.
Namun, bila kita menilik tentang alasan mengapa tokoh tersebut berselingkuh? Maka jawabannya akan sama. Tak merasakan cinta saat berkeluarga. Cinta itu malah ditemukan pada sosok lain yang justru bukan istri atau suami mereka. Bila dalam Belenggu, Tono mencintai Yah karena Yah bagian dari masa lalunya. Sedangkan dalam Nyonya Bovary, Emma menikmati kemesraan yang dipadunya dengan Rodolphe dan Leon.
Untuk tokoh Charles dan Tono. Keduanya merupakan sosok dokter yang baik. Dalam hal inilah kesamaan yang merekatkan bahwa ada semacam peminjaman yang dilakukan Armjin Pane. Namun, karena kedua tokoh ini memiliki peran berbeda. Dalam Nyonya Bovary, Charles menjadi korban perselingkuhan istrinya, sedangkan dalam Belenggu, malah Tono yang menjadi pelaku dari perselingkuhan itu.
Dalamnya tokoh dokter dalam Belenggu, tentu tak terlepas dari latar belakang Armjin Pane yang sempat mengecap pendidikan kedokteran sebelum akhirnya lebih memilih jalur sastranya. Maka, bisa dikatakan karya Belenggu bukanlah suatu pinjaman dari Madam Bovary, akan tetapi sebetulnya cerminan dari pengarang itu sendiri. Gustave Flaubert pun tak asing dengan dunia kedokteran, karena memang ayahnya adalah seorang dokter dan orang tua ibunya pun dokter pula. Jadi sebetulnya, latar belakang penulislah yang membentuk mengapa kedua penulis ini cendrung memilih tokoh seorang dokter untuk menyampaikan gagasannya.
Untuk tokoh-tokoh pendukung, setting dan alur. Penulis masing-masing memiliki gaya sendiri untuk mengungkapkan gagasan dan pemikiran. Sehingga dalam hal ini, nyaris tak ditemukan proses penjiplakan atau lainnya. Misal saja, masalah yang timbul dalam Nyonya Bovary berbeda, yakni terbelit hutang sedang pada Belenggu, hal ini bahkan tak ditemui.
E.    Kesimpulan
Setelah mencermati novel Nyonya Bovary yang merupakan terjemahan dari Madame Bovary karya Gustave Flaubert dengan karya novelis tanah air berjudul Belenggu karangan Armijn Pane maka dapat disimpulkan bahwa ada semacam kemiripan meski sebetulnya berbeda dalam tema dan tokoh dokter dalam kedua novel tersebut.
Sedangkan pada alur, setting dan tokoh-tokoh pendukung, tidak ada kesamaan yang signifikan. Para penulis mengungkapkan gagasan masing-masing dengan berbeda berdasarkan latar belakang kultur penulis asal.






Sinopsis Novel 1 (Belenggu)
"Belenggu" Karya Armijn Pane

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOOl1SL68UP2o_MPriSHM_ZND_wI3HL3EmsyQfhdkCbpp58Ca6wsHFQppmEpFBjtOfLwWxm-TDU07sIjDIoH7pYcMsqSOGyKI8jh_I3kHl_z56RVZe_9nPpdqPUl43UGLn0PtgBqUM5FQ/s400/belenggu.jpegSeorang dokter bernama Sukartono menikah dengan seorang yang cantik dan cerdas bernama Sumartini. Sebenarnya keduanya tidak saling mencintai, karena memiliki kepentingan masing-masing, akhirnya keduanya sepakat untuk menikah. Sukartono merasa bahwa Sumartini adalah orang yang cocok untuk mendampingi hidupnya. Dia menikahi Sumartini karena kecantikan dan kepandaianya. Sumartini menikahi Sukartono dengan alasan dia ingin melupakan masa lalunya. Tak lama setelah membina rumah tangga, ternyata kehidupan mereka tidak harmonis. Mereka sering bertengkar dan cekcok, bahkan saling diam tanpa komunikasi. Sukartono adalah seorang dokter yang menjunjung tinggi pekerjaanya. Dia bekerja disiplin tanpa kenal lelah demi pasienya. Dia juga seorang dokter yang dermawan karena sering membebaskan bayaran bagi pasienya yang tidak mampu.

Ternyata pengabdian Sukartono pada pekerjaanya telah membuat dia lupa pada kehidupan rumah tangganya. Sumartini merasa diabaikan dan beranggapan bahwa suaminya lebih mencintai pekerjaan daripada dirinya, seakan tidak pernah ada waktu komunikasi dalam rumah tangga. Hari-hari mereka sering dilalui dengan pertengkaran. Sukartini merasa tidak memiliki hak di hadapan Sukartono. Itulah yang memicu pertengakaran di antara mereka, sepertinya tiada hari yang dilalui tanpa pertengkaran.

Waktu pun berlalu, suatu hari Sukartono menerima telpon bahwa ada seorang pasien yang sakit keras. Dia lalu diminta menemui pasienya di suatu hotel. Sukartono pun memenuhi panggilan pasien tersebut. Setelah sampai di hotel, Sukartono kaget bahwa pasienya adalah Rohayah yang merupakan teman sekolah dan sahabat masa kecilnya. Rohayah menceritakan bahwa dia dipaksa kawin oleh orang tuanya. Dia tidak cocok hidup dengan suaminya. Akhirnya dia pindah ke Jakarta dan memutuskan menjadi janda. Sebenarnya Rohayah secara diam-diam telah jatuh hati pada Sukartono. Itulah yang membuatnya mencari keberadaan Sukartono. Setelah bertemu, Rohayah kemudian melancarkan seranganya dengan memberikan rayuan-rayuan dan pujian kepada Sukartono. Semula Sukartono tidak terpengaruh dengan rayuan Rohayah. Tetapi setelah dirayu terus-menerus akhirnya dia jatuh juga pada rayuan Rohayah. Sukartono merasa bahwa dengan Rohayah dia bisa menemukan ketenangan hatinya yang tidak bisa dia peroleh bersama Sumartini.

Keharmonisan hubungan Sukartono dengan Rohayah akhirnya tercium juga oleh Sumartini. Dia marah dan jengkel, kemudian pergi ke hotel tempat Rohayah menginap untuk memberikan caci maki dan menumpahkan amarahnya. Setibanya di hotel, perasaan marah Sumartini luluh juga oleh kelembutan hati dan keramahan Rohayah. Setelah pulang dari hotel tempat Rohayah menginap, Sukartini berintrospeksi diri. Dia merasa telah berlaku kasar pada suaminya dan tidak bisa memberikan rasa kasih sayang seperti yang diinginkan suaminya. Dia lalu memutuskan untuk berpisah dengan Sukartono.

Pada mulanya Sukartono tidak mengijinkan keputusan Sumartini, bahkan dia juga akan berusaha mengubah hidupnya untuk lebih perhatian pada Sumartini, tetapi karena kebulatan tekad Sumartini, akhirnya Sukartono tak kuasa juga untuk mencegahnya, mereka pun secara resmi berpisah. Hati Sukartono pun gundah. Dia merasa sedih dengan perceraian tersebut. Penderitaanya bertambah ketika mengetahui bahwa Rohayah telah pindah dan meninggalakan sebuah surat yang menyatakan perasaanya pada Sukartono. Pada akhirnya Sukartono mengabdikan diri pada sebuah panti asuhan. Di tempat tersebut dia merasa mendapatkan ketenangan batinya karena bisa membantu orang lain.



















Armijn Pane

sastrawanMenurut J.S Badudu dkk. (1984:30). Armijn Pane juga bernama Ammak, Ananta, Anom Lengghana, Antar Iras, AR., A.R., Ara bin Ari, dan Aria Indra. Dengan nama-nama itu ia menulis puisi dalam majalah Pedoman Masyarakat, Poedjangga Baroe, dan Pandji Islam. Armijn Pane, anak ketiga dari 8 bersaudara, mempunyai nama samaran banyak, yaitu Adinata, A. Jiwa, Empe, A. Mada, A. Panji, dan Kartono. Ia dilahirkan tanggal 18 Agustus 1908 di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Ayahnya Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang seniman daerah yang telah berhasil membukukan sebuah cerita daerah berjudul Tolbok Haleoan. Selain sebagai seniman sastrawan, ayah Armijn Pane juga menjadi guru. Bahkan Armijn Pane dan adik bungsunya, Prof. Dr. Lafran Pane yang menjadi sarjana ilmu politik yang pertama, juga mewarisi bakat ayahnya sebagai pendidik.

Armijn Pane menjadi guru Taman Siswa dan Lafran Pane adalah Guru Besar IKIP Negeri Yogya dan Universitas Islam Indonesia Yogya. Ia meninggal tanggal 24 Januari 1991. Ayah Armijn Pane itu juga seorang aktivis Partai Nasional pada masa Pergerakan Nasional, di Palembang. Dan hal ini juga menyiratkan bahwa orang tua itu termasuk golongan yang cinta tanah air. Rasa cinta terhadap tanah air ini juga terwariskan kepada anaknya, baik Armijn Pane, Sanusi Pane, maupun Lafran Pane. Pada Armijn Pane dapat kita lihat dalam sajak-sajaknya “Tanah Air dan Masyarakat” dalam Gamelan Djiwa, bagian dua. Sayang sekalai ayahnya telah mengecewakan Armijn Pane karena ia telah mengecewakan ibunya. Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Kekecewaan itu terus berbekas sampai akhir hayatnya.

Armijn Pane meninggal pada hari Senin, tanggal 16 Februari 1970 pukul 10.00 pagi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 62 tahun. Ia mengalami pendarahan otak dan tidak sadarkan diri selama dua hari. Menurut berita di surat kabar ia diserang Pneumonic Bronchiale. Tempat peristirahatannya yang terakhir adalah pemakaman Karet, Jakarta, berdampingan dengan makam kakaknya, Sanusi Pane, yang meninggal satu tahun sebelumnya.
Armijn Pane meninggalkan seorang istri dan seorang anak angkatnya berusia 6 tahun yang pada saat ia meninggal beralamat di jalan Setia Budi II No. 5, Jakarta.

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN:

Armijn Pane mengawali pendidikannya di Hollandsislandse School (HIS) Padang Sidempuan dan Tanjung Balai. Kemudian masuk Europese lagere School (ELS), yaitu pendidikan untuk anak-anak Belanda di Sibolga dan Bukittinggi. Pada tahun 1923 menjadi Studen Stovia (sekolah kedokteran) di Jakarta. Sayang sekolahnya tidak dilanjutkan, kemudian tahun 1927 ia pindah ke Nederlands-Indische Artsenschool (Nias) ‘sekolah kedokteran’ (Nias) yang didirikan tahun 1913 di Surabaya. Jiwa seninya tidak dapat dikendalikan sehingga ia kemudian masuk ke AMS bagian AI jurusan bahasa dan kesusastraan di Surakarta hingga tamat tahun 1931.

Dalam dunia pendidikan ia juga tercatat sebagai guru bahasa dan sejarah di perguruan Taman Siswa, baik di Kediri maupun di Jakarta. Oleh karena itu salah seorang tokoh Taman Siswa, Pak Said, atas nama seluruh warga Taman Siswa menyampaikan penghargaan atas jasa almarhum dalam upacara pemakamannya.

Apakah pengalamannya sebagai studen kedokteran (Stovia) di Jakarta dan Surabaya melatarbelakangi ciptaannya yang tokoh-tokohnya dokter, seperti dr. Sukartono dalam novel Belenggu dan dr. Abidin dalam drama “Antara Bumi dan Langit”. Dalam kedua cerita itu tidak tampak hal-hal yang mendasar tentang ilmu kedokteran yang dimiliki tokoh, yang disajikan hanya wajah dan perilaku tokoh dokter secara permukaan. Hal ini mungkin saja karena ia sekolah kedokteran tidak sampai tamat sehingga tidak sampai menghayati segalanya yang berhubungan dengan ilmu itu. Ternyata, memang Armijn Pane bukan tertarik oleh dunia kedokteran, melainkan tertarik oleh dunia seni. Untuk itu ia mampu menamatkan pendidikannya di AMS AI (Jurusan Kebudayaan Timur) di Solo.

LATAR BELAKANG PEKERJAAN:

Tahun 1949 Armijn Pane kembali ke Jakarta dari pengungsiannya di Yogyakarta. Diberitakan bahwa Armijn Pane setibanya di Jakarta akan menceburkan diri di lapangan penerbitan. Armijn Pane mengasuh majalah Indonesia yang berisi 124 halaman sejak Februari 1955 bersama Mr. St. Moh. Syah, dan Boeyoeng Saleh. Armijn menulis “ Produksi Film Cerita di Indonesia”, setebal 112 halaman dalam majalah Indonesia itu.
Di samping itu, ia juga memimpin majalah Kebudayaan Timur yang dikeluarkan oleh kantor Pendidikan Kebudayaan. Di dalam dunia sandiwara ia menjadi anggota terkemuka gabungan usaha sandiwara Jawa, di samping sebagai Ketua Muda “Angkatan Baru”, perkumpulan seniman di kantor kebudayaan itu. Ia memulai kariernya sebagai pengarang dan sastrawan ketika ia menjadi wartawan, dan sebagai guru pada Pendidikan Taman Siswa. Ia pernah mengajar bahasa dan sejarah di Sekolah Taman Siswa di Kendiri kemudian di Jakarta. Dari situ kariernya dalam bidang penerbitan setapak demi setapak dirintis di Balai Pustaka, sebagai pegawai kantor itu. Tahun 1936 Armijn diangkat menjadi redaktur. Zaman Jepang ia menjabat kepala Bagian Kesusastraan di Pusat Kebudayaan Djakarta. Di sampaing itu, tahun 1938 ia menjadi sekretaris Kongres Bahasa Indonesia yang pertama, ia juga menjadi penganjur Balai Bahasa Indonesia dan di zaman Jepang ia menjadi anggota komosi istilah.
Dalam dunia organisasi kebudayaan/kesastraan, Armijn Pane juga aktif. Ternyata ia menjadi penganjur dan sekretaris Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). Selanjutnya, ia menjadi anggota Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) selepas tahun 1950.
Dalam penerbitan, ternyata Armijn Pane tidak hanya berkecimpung dalam majalah Pujangga Baru, tetapi juga menjadi anggota dewan redaksi makalah Indonesia.. Demikian pula dalam dunia film Armijn aktif sebagai anggota sensor film, (1950—1955).
Atas jasanya dalam bidang seni (sastra), ia memperoleh Anugerah Seni dari pemerintah tahun 1969.
Akan tetapi, dalam masa menjalani tugasnya, baik di zaman Beanda, zaman Jepang, maupun zaman republik Armijn selalu menyaksikan hal-hal yang tidak beres yang menusuk hati nuraninya. Ketika ia menjadi Kepala Bagian Kesusastraan di Pusat Kebudayaan, atasannya, orang Jepang, menunjukkan majalah yang bersisi berita tantang dilancarkannya armada Jepang oleh armada Sekuti di sekitar Morotai. Jepang itu meminta agar Armijn membuat releasenya. Karena Armijn seorang yang polos, jujur, dan tidak pernah mengubah fakta, dibuatnyalah laporan yang diberikan Jepang itu. Akibatnya, ia harus berhadapan dengan kempetai sehingga ia menderita lahir dan batin akibat perlakukan kasar kempetai yang kemungkinan ingin menguji ke mana Armijn memihak. Itulah salah satu pengalaman pahitnya yang menyebabkan dirinya terkena pukulan batin terus-menerus dalam pekerjaannya.
LATAR BELAKANG KESASTRAAN / KEBAHASAAN:

Dalam sejarah perkembangan kesusastraan Indonesia Armijn terkenal sebagai salah seorang pelopor pendiri majalah Pujangga Baru tahun 1933 di samping Sutan Takdir Alisyahbana dan Amir Hamzah. Mulai tahun 1933—1938 ia menduduki jabatan sekretaris redaksi majalah itu. Novelnya, Belenggu sebelum diterbitkan sebagai buku, dimua dalam majalah Pujangga Baru.
Prof. Dr. Teeuw (dalam Anita, 1992) menyatakan bahwa Armijn Pane adalah pelopor Angkatan 45. Akan tetapi, Dr. H.B. Jassin menyangkalnya karena, baik dalam prosa maupun dalam puisi terlihat gaya impresionistis, terutama dalam sajak-sajaknya. Dalam novelnya Belenggu gaya romantis dapat diketemukan sehingga tampak suasana yang diliputi perasaan yang terayun-ayun serta pikiran yang menggembirakan dan menyedihkan silih berganti. Padahal Angkatan 45 banyak menunjukkan karya yang bergaya ekspresionistis. Dengan demikian, Dr. H.B. Jassin menyanggah pendapat Prof. Teeuw di atas.
Karya-karya Armijn Pane memperlihatkan adanya pengaruh Noto Soeroto, Rabindranath Tagore, Krisnamurti dan pelajaran Theosofie. Gerakan kesusastraan sesudah tahun 1880 di negeri Belanda tampak juga mempengaruhi karya-karyanya, begitu juga Dosxtojevski, di samping Tolstoy.
Armijn Pane adalah pengarang yang berpendirian kokoh. Ia mengibaratkan keyakinannya seperti pohon beringin. Hal itu diungkapkannya pada pengantar novelnya, Belenggu seperti berikut, “kalau keyakinan sudah menjadi pohon beringin, robohlah segala pertimbangan yang lain.”
Jadi, apapun yang dihadapkan pada keyakinannya yang sudah kokoh itu tak akan menggoyahkannya. Dalam karya Belenggu, tekadnya menjadi seorang manusia yang berguna bagi bangsa dan negara seperti yang disarankan Armijn Pane dalam ceramahnya yang tercermin pada tokoh dr. Sukartono dalam novel Belenggu. Tokoh itu sangat memperhatikan para pasiennya sehingga menomorduakan rumah tangganya sehingga berantakan. Ketidakharmonisan rumah tangga dr. Sukartono memang berawal dari ketidakpuasan Tini akan sikap dr. Sukartono yang lebih mengutamakan pasiennya daripada istrinya itu.
Dalam hal teknik penyusunan ada kesamaan antara Armijn dan Putu Wijaya serta Iwan Simatupang. Teknik itu menyatu dengan pemikiran yang ingin disampaikan seperti tampak dalam novel Belenggu itu.
Kritikus sastra Indonesia, Dr. H.B. Jassin (1954:67—70) mengatakan bahwa Belenggu merupakan karya sastra modern Indonesia yang pertama menggambarkan kehidupan kaum intelktual sebelum perang.
Di dalam sajak, Armijn Pane berhasil mengumpulkan sajaknya di dalam dua kumpulan Jiwa Berjiwa yang menurut tafsiran Ayip Rosidi berarti jiwa yang hidup (dalam Anita, 1993). Kumpulan lain berjudul Gamelan Djiwa yang jika dilihat dari artinya, “Gamelan”berarti alat-alat musik atau bunyi-bunyian. Jadi, gamelan jiwa dapat diartikan bunyi atau suara batin, yaitu suara batin si penulis yang menyuarakan cinta, yaitu cinta sebagaimana lazimnya anak muda. Cinta pada tanah air, cinta pada Tuhan, dan cinta pada sastra. Sampai pada saat terakhir cinta pada sastra ternyata masih tetap kuat. Ceramahnya tentang sastra di Taman Ismail Marzuki sebulan sebelum ia meninggal 15-1-1970 membuktikan cintanya pada sastra. Ceramah itu berjudul “Pengalaman Batin Pengarang Armijn Pane”. Dalam ceramah itu pengarang mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan kepenga-rangannya dan sedikit menyinggung soal angkatan. Butir-butir pikiran yang disampaikannya pada saat itu adalah (1) “Mengapa Aku Rela dan Ikhlas Jadi Pengarang”, (2) “Bagaimana Aku Memperbaharui Kerelaan and Keikhlasanku sebagai Pengarang di Zaman Sekarang ”, (3) “Sikap Hidup Bagi Pengarang”, (4) “Struktur Mengarang Fase-Fase Mengarang”, (5) “Pengarang Keagamaan dan Pengarang Nasional”, (6) “Apa yang Perlu Kita Dapat dari Pengarang-Pengarang Luar Negeri”, (7) “Apakah Pengarang Manurut Pendapat Pengarang”, (8) “Serba Sedikit Tentang Angkatan”.
Armijn mengakui bahwa kepengarangannya banyak didorong oleh kesadaran kebangsaannya. Ia juga mengatakan bahwa saat itu sedang disiapkan roman yang ketiga. Akan tetapi, roman itu tidak muncul.
Dalam ceramah itu Armijn menegaskan bahwa untuk menjadi pengarang lebih dulu harus kita dapatkan dunia keindahan dan harus kita memiliki sikap hidup yang tegas untuk melaksanakan tugas sebagai pengarang. Selanjutnya, pengarang itu mengemukakan bahwa untuk mengarang ada beberapa langkah yang harus ditempuh. Langkah-langkah itu adalah mengumpulkan baha, mendapatkan ide, dan menyusun kerangka cerita. Dalam struktur karangan harus selalu ada tiga pihak, yaitu yang dilawan, yang melawan, dan yang menggerakan. Di samping itu, pengarang memiliki hati nurani, moral, dan inspirasi, yaitu inspirasi yang dikendalikan pengarang, agar pengarang selalu sadar akan apa yang harus dilakukan.
Dalam kesempatan itu Armijn juga mengarapkan agar di antara pengarang muda akan muncul pengarang keagamaan Indonesia yang dapat dihargai. Untuk itu, ia pun berkeinginan menjadi pengarang keagamaan.
Tentang kekhasan Indonesia dalam dunia kepengarangan, ia menganjurkan agar pengarang Indonesia mendapatkan kekhasan Indonesia. Akan tetapi, tidak berarti pengarang Indonesia dilarang mencontohkan pengarang asing, malahan ia menganjurkan asalkan tidak melakukan plagiat. Mengenai karya sastra yang lahir tahun 1920—1930, bahkan sampai sekarang, Armijn berpendapat bahwa Angkatan 1920—1930 mempunyai pengabdian. Angkatan Pujangga Baru memiliki tanda pro kepada yang baru, dinamis, anti yang fanatik, dan anti yang naif. Angkatan 45 memiliki tanda sebagai pejuang, Angkatan 50 mengemukakan masalah sosial, dan Angkatan terbaru memperlihatkan aksi. Dari uraian dalam ceramah itu, dapat disimpulkan bahwa Armijn Pane, ternyata samapai usia 62 tahun, pengamatan dan cintanya terhadap dunia sastra tetap segar.
KARYA:

a. Puisi
(1) Gamelan Djiwa. Jakarta: Bagian Bahasa Djawa. Kebudayaan Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. 1960
(2) Djiwa Berdjiwa, Jakarta: Balai Pustaka. 1939.
b. Novel
Belenggu, Jakarta: Dian Rakyat. Cet. I 1940, IV 1954, Cet. IX 1977, Cet. XIV 1991
c. Kumpulan Cerpen
(1) Djinak-Djinak Merpati. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I 1940
(2) Kisah Antara Manusia. Jakarta; Balai Pustaka, Cet I 1953, II 1979
d. Drama
“Antara Bumi dan Langit”. 1951. Dalam Pedoman, 27 Februari